Minggu, 03 November 2013

Seperti Apakah Cinta Kita....???


Di dalam kitab Bahjah al-majalis yang ditulisnya, Ibnu Abdil Barr menyatakan bahwa Cinta adalah kepuasan yang diciptakan dalam roh. Cinta adalah hakikat arti dari apa yang dihasilkan oleh semburat cahaya bintang-bintang. Cinta selalu disambut oleh roh dengan segala kelembutan esensinya.  Seorang laki-laki badui pernah berkata bahwa cinta adalah sahabat bagi jiwa dan teman bicara yang baik bagi akal. Cinta disembunyikan oleh hati dan dilayani oleh segenap panca indera. Bahkan hakikat cinta adalah gerakan jiwa yang mencintai terhadap yang dicintainya.

Abdillah ibn Thahir yang menjabat sebagai gubernur kurasan pernah berkata kepada anak-anaknya : “Rasakanlah cinta, niscaya kalian akan berjaya, dan jagalah kehormatan, niscaya kalian akan mulia”.


Setelah mendengar beberapa penuturan beberapa ahli Balaghah, Qudamah lalu berkata: cinta dapat membuat pengucut menjadi pemberani, orang kedekut menjadi dermawan, menjernihkan pikiran seorang pander, membuat lidah orang tolol menjadi petah, menguatkan tekat orang lemah, menundukkan keperkasaan para raja, serta menampakkan kehebatan para pemberani. Cinta adalah penyeru ke arah tata krama serta menjadi gerbang utama membuat pikiran dan kecerdasan. Kepada cintalah segalah kegundahan menjadi tenang, sebagaimana akhlak dan watak akan menjadi tertata. Cinta akan membuat siapapun yang mendekatinya akan merasa gembira dan akan menyayangi siapapun yang bersahabat dengannya. Cintalah yang memiliki ketentraman yang mampu merasuk kedalam jiwa, sebagaimana ia pula yang memiliki kesenangan yang akan bersemayam di dalam kalbu.


Al-Marzubani berkata bahwa pada suatu ketika abu Naufal pernah ditanya oleh seseorang; “ apakah seseorang bisa menghindar dari cinta?” Abu Naufal lalu menjawab ; “ bisa ! asalkan dia orang yang hatinya keras, sikapnya kasar, tidak memiliki kelebihan apapun dan otaknya tumpul. Ali ibn Abdah berkata : “ tidaklah mungkin seseorang sanggup menghindar dari cinta, kecuali yang bersangkutan adalah orang yang kasar, kurang waras akalnya, tidak mempunyai gairah hidup atau memiliki tabiat yang menyimpang.”          

Dikisahkan bahwa fudhail menemui putrinya yang sedang sakit. Putrinya bertanya; “Wahayai ayah, apakah engkau mencintaiku?”
Fudhail menjawab : “Ya…”
Tapi putrinya langsung menukas :” Tiada Tuhan selain Allah, Demi Allah aku tidak menyangka engkau memiliki sikap seperti itu, dan juga aku tidak menyangka engkau bisa mencintai seseorang di samping kecintaanmu kepada Allah. oleh sebab itu, tunggalkanlah Allah dalam cinta dan cukuplah untukku kasih sayangmu, atau hendaklah cintamu kepadaku itu adalah sebagai cinta karena rasa kasih sayang yang telah disematkan oleh Allah didalam hati seorang ayah kepada anaknya, bukan cinta disamping cintanya kepada allah. Dengan kata lain hendaknya kecintaan kepada Allah lebih tinggi dan diatas segala-galanya daripada sesuatu yang lain. Karena Allah mempunyai hak untuk dicintai dengan cinta yang tidak boleh ada sekutu selain-NYA di dalam cinta itu. Dan kezaliman yang paling zalim adalah meletakkan cinta itu bukan pada tempatnya dan menyekutukan Allah dengan yang selain Dia didalam Cinta itu”.
Ketahuilah Allah maha tinggi dari apa yang mereka persekutukan….

1 komentar:

  1. Orang cerdas dalam bercinta ialah orang yang mampu menempatkan cintainya kepada Allah di atas segala-galanya.

    BalasHapus